Rumah bagiku adalah tempat ternyaman untuk beristirahat setelah bergelut dengan berbagai kesibukan yang menguras energi. Aku menemukan “rumah” keduaku, tempat menenangkan pikiran sejenak setelah satu minggu berkutat dengan angka serta rumus yang memenuhi memoriku. Realino, itulah rumah keduaku yang aku kenal sejak Februari 2023 lalu. Sebenarnya masih terlalu awal untuk mengatakan Realino sebagai rumah kedua, namun itulah yang aku rasakan selama kurang lebih tiga bulan ini.
Bermula dengan postingan feeds Realino saat itu melewati beranda eksplore Instagram pribadiku. Postingan itu menarik mataku dan membuat jariku mulai membuka profil serta menelusurinya lebih dalam. Tanpa berpikir panjang dan hanya bermodal nekat, aku langsung mendaftarkan diri menjadi volunteer. Singkat cerita, aku akhirnya bergabung setelah bertemu dengan Pater Fransiskus Pieter Dolle, S.J. dan Mbak Luci. Pertemuan awal itu saja sudah membuatku yakin bahwa aku akan berada di tempat ini.
Hari-hari mengajar selalu berlangsung menyenangkan bagiku. Melihat anak-anak yang menyambut kedatangan para volunteer di tempat mengajar membuatku sumringah. Mereka selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan apa pun. Suatu waktu, salah satu anak bersemangat menghampiriku, memegang lenganku kemudian bertanya “Mbak, hari ini kita mau ngapain? Seru-seruan lagi kan?” Luar biasa, pertanyaan sederhana itu mampu membuat energiku penuh kembali untuk menghadapi berbagai peristiwa yang akan datang. Tingkah laku iseng anak-anak selalu mewarnai Jombor di sore hari. Tanpa mereka, Jombor hanya tempat mengajar biasa yang membosankan. Hal-hal kecil yang dilakukan anak-anak itu membuatku ingin kembali ke sana setiap minggunya, bertemu mereka.
Tidak hanya anak-anak yang membuat Realino ini aku tetapkan sebagai rumahku. Realino mempertemukanku dengan orang-orang luar biasa yang sebelumnya tidak aku duga akan dapat bertemu. Orang-orang itu yakni Pater Pieter, Mbak Luci, para volunteer, dan mereka yang mampir untuk berbagi kebahagiaan. Mereka adalah orang yang mampu membuatku semangat meng-upgrade diri karena aku merasa “ditemani” berproses bersama mereka. Dari mereka aku belajar banyak hal tentang hidup secara tidak langsung. Di tempat ini aku bertemu orang-orang yang bersedia meluangkan waktu di sela kesibukan demi memberikan tenaga melayani orang lain dengan penuh kasih. Dalam keadaan apapun; hujan-panas, siang-malam mereka meluangkan waktu berkumpul di Jalan Mataram yang selalu sibuk itu. Terkadang keluh kesah terdengar, namun senyum mereka tetap terkembang di wajah lelah mereka. Mereka yang membuatku semakin yakin bahwa aku memang “berjodoh” dengan Realino dan segala isi di dalamnya.
Terima kasih Realino. AMDG!
Aurelia Pradhita Nareswari Pangarso