tentang kami

Realino SPM adalah lembaga karya sosial milik Serikat Jesus Provinsi Indonesia.

Karya sosial ini merupakan unit pelayanan dari Yayasan Realino yang berdiri sejak 1953.

Selama 70 tahun Yayasan Realino hadir di tengah masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk terlibat, berjalan bersama, dan melayani mereka yang tersingkirkan. Realino SPM saat ini berpusat di Jl. Mataram No. 66, Yogyakarta 55213. Program dan kegiatan sosial yang tersedia di Realino SPM adalah beasiswa pendidikan, layanan kesehatan, asrama pelajar, bengkel latihan kerja, komunitas volunteer, dan komunitas belajar untuk anak-anak pinggiran di Pingit, Bongsuwung, dan Jombor.

Sejarah Ringkas Yayasan

Sesuai keterangan pengesahan pada dokumen akta pendirian, Yayasan Realino didirikan pada 15 Juli 1953. Sejak berdirinya di 1953 sampai pertengahan 1989 lokasi kantor yayasan ini bertempat di daerah Mrican Jl. Gejayan, Yogyakarta. Dalam perkembangannya, mulai 15 Agustus 1989, Realino berkantor pusat di Jl. Mataram No. 66, Yogyakarta.

Langkah-Langkah Awal

Awal mulanya, Yayasan Realino didirikan sebagai naungan yuridis bagi Asrama Mahasiswa Realino. Kemudian, sekitar tahun 1967, Realino memulai pelayanan sosial menjawab kebutuhan pendampingan dan bantuan sosial bagi masyarakat Yogyakarta masa itu. Yayasan ini lantas mendapat perhatian pihak-pihak dan lembaga yang peduli pada mereka yang lemah, rentan, miskin, dan tersingkir. Mereka mau terlibat dengan memberikan donasi bagi keluarga-keluarga yang berkekurangan. Situasi ini melahirkan kebutuhan naungan yuridis supaya bisa menerima bantuan baik dari dalam maupun luar negeri. Yayasan Realino bersedia menampung donasi tersebut dan menyalurkannya lewat salah satu unit karyanya, yakni Realino Seksi Pengabdian Masyarakat (Realino SPM) atau akrab dipanggil SPM.

Pater de Blot, SJ
Sejak itu, Realino SPM lahir, berproses, berkembang, dan terbentuk melalui pengalaman berharga kerja sama dengan berbagai pihak. Kolaborasi pernah dilakukan dengan pemerintah dalamĀ  kegiatan melaksanakan program kegiatan Operasi Mental bagi para tahanan politik G 30 S. Pater de Blot, SJ pada sekitar Desember 1965 diangkat pihak militer menjadi Koordinator Operasi Mental bagi kalangan komunitas Katolik wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kedu. Usaha membantu dan perhatian pada para tahanan politik dirasa tidak cukup hanya lewat memperhatikan mereka di dalam tembok penjara. Para tahanan memiliki keluarga, istri dan anak-anak yang butuh dukungan dan pendampingan. Dalam keseharian, mereka juga mengalami berbagai kesulitan finansial untuk memenuhi beragam kebutuhan hidup keluarga. Belum lagi keluarga-keluarga dan anak-anak ini menerima stigma sekaligus tekanan sosial baik dari masyarakat maupun pemerintah masa itu karena mereka bagian keluarga tahanan politik. Besarnya dampak sosial tragedi G 30 S itu membuat Realino SPM berani meluaskan jangkauan pelayanan sosial. Realino tidak hanya melayani di dalam tembok penjara melainkan juga melayani mereka setelah keluar dari tahanan dan pendampingan bagi keluarga mereka. Perlahan-lahan Realino melepaskan diri dari proyek Operasi Mental supaya bisa lebih leluasa melakukan pelayanannya. Bentuk keterlibatan sosial yang dilakukan adalah membuka pelayanan kesehatan dengan biaya murah (cikal bakal kinlik), pengadaan bantuan biaya sekolah untuk anak-anak (beasiswa) dan penyelenggaraan pusat latihan kerja yang menjadi tempat rehabilitasi bagi mantan tahanan politik.
Pater Suasso, SJ dan Bruder Purwo, SJ

Dalam perjalanan waktu, di bawah pimpinan P. H. Suasso de Lima de Prado, SJ dan Bruder M. Purwautama, SJ, Realino SPM membuka bengkel latihan kerja, pelayanan kesehatan, peternakan, ladang praktek pertanian, dan beberapa asrama bagi anak-anak yang sedang belajar di tingkat SD, SMP dan SMK. Pusat latihan kerja seperti bengkel, peternakan dan pertanian dibangun untuk memberikan bekal ketrampilan cukup bagi para mantan tahanan politik. Intensinya adalah supaya mereka dapat kembali ke masyarakat dan melakukan usaha sesuai bidang ketrampilan mereka. Realino SPM juga sempat memberikan pinjaman terbatas sebagai modal awal usaha tersebut. Kegiatan ini merupakan bentuk pemberdayaan yang diberikan supaya mereka bisa menjadi pribadi mandiri karena punya bekal keahlian.

Tanggapan Akan Realita Aktual

Perjalanan sejarah Indonesia dan situasi sosial masyarakat Yogyakarta telah memberikan banyak pembelajaran. Realino SPM belajar bersahabat, peduli, hadir, dan terlibat dengan hidup kaum lemah, rentan, miskin dan tersingkir. Mereka yang hidup dalam kemiskinan adalah pribadi-pribadi dan kelompok masyarakat yang hampir sering tidak terperhatikan dan disepelekan. Realino berjumpa dengan mereka yang tersingkirkan dan mengalami kesulitan untuk akses pendidikan dan kesehatan karena keterbatasan mereka. Keterbatasan mereka untuk mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan belajar keterampilan membawa mereka bekerja sebagai pemulung, pengamen, pengemis, sampai pekerja seks pinggiran rel di Yogyakarta. Kerap kali mereka tidak mempunyai kesempatan mengembangkan diri karena minim kesempatan, sumber daya, atau hambatan-hambatan lain.

Kegiatan-Kegiatan Sosial

Refleksi atas realita sosial ini menggerakkan Realino SPM menentukan bentuk program dan kegiatan yang terus diperjuangkan sampai saat ini. Realino berniat memberi kesempatan pada setiap pribadi untuk berkembang dan hidup sebagai manusia dengan martabat luhurnya. Persoalan dengan stigma tahanan politik dan tekanan sosial karena keluarga tapol tidak lagi relevan. Masalah utama sekarang adalah persoalan kesenjangan sosial, ketidakadilan, dan kemiskinan yang dihadapi keluarga-keluarga. Untuk menanggapi permasalahan ini, Realino mengusahakan beberapa program yang berjalan sampai sekarang. Program-program sosial tersebut antara lain:
(1.) beasiswa pendidikan bagi anak-anak keluarga tidak mampu,
(2.) layanan kesehatan lewat klinik pratama kerja sama dengan BPJS Kesehatan,
(3.) asrama pelajar dan mahasiswa,
(4.) bengkel latihan kerja,
(5.) komunitas volunteer, dan
(6.) pendampingan untuk anak-anak pinggiran lewat Komunitas Belajar Realino yang hadir di Pingit, Bong Suwung, dan Jombor.

Visi dan Misi

VISI: Kaum lemah, rentan, miskin, dan tersingkir memperoleh kehidupan adil, bermartabat, dan berdaya di masyarakat lewat pendidikan dan keterampilan.

MISI:
(1.) (BEFRIEND) BERSAHABAT secara tulus dan penuh kasih dengan kaum lemah, rentan, miskin, dan tersingkir,
(2.) (COLLABORATE) BERKOLABORASI bersama mereka serta setiap insan berniat, berjuang sekaligus bercita-cita demi keadilan, dan
(3.) (EMPOWER) MEMBERDAYAKAN mereka untuk mencapai kehidupan layak dan mandiri bagi semua orang.