Pelajaran dari Bengkel Realino

Bengkel kayu dan las Realino SPM (Seksi Pengabdian Masyarakat) adalah tempat olah, reparasi, dan membuat karya-karya kayu dan las besi. Ini adalah bagian pelayanan Realino yang beralamat di Jl. Mataram No. 66, Yogyakarta. Bagiku, bengkel kayu tidak hanya tempat atau bangunan semata, melainkan juga mereka yang berkarya di dalamnya, yaitu Mas Eko, Mas Hendro, Todi, Petra, dan terlebih lagi Bruder V. Kirja Utama. Beliaulah yang mendirikan bengkel ini pada tahun 2008. Banyak hal bisa diteladani dari Br. Kirja, terutama semangat kerja, ketekunan, ketelatenan, ketaatan, kerendahan hati, perhatian, kasih sayang, dan kesabarannya. Ada banyak karya yang beliau hasilkan, tempat-tempat yang beliau bangun, orang-orang yang beliau bantu tanpa memandang agama.

Waktu pertama kali datang ke bengkel, aku berkenalan dengan Mas Eko, Mas Hendro, dan Petra. Saat itu ada Fr. Evan yang sedang bekerja di bengkel. Aku diarahkan bertanya kepada Bruder Kirja apa yang sekiranya bisa aku bantu. Setelah bertanya kepada Bruder Kirja, beliau menyarankanku melihat-lihat saja dahulu sambil mengamati bagaimana mereka bekerja di bengkel kayu. Mulanya aku mengamati mereka yang sedang membuat kursi, sambil berkenalan lebih lanjut dan bertanya-tanya mengenai alat yang digunakan dan proses yang sedang dikerjakan. Selanjutnya, aku mulai bekerja pada hari Sabtu. Bruder Kirja mengarahkanku untuk menghaluskan kaki kursi dengan gerinda. Itulah pertama kalinya aku mulai bekerja dengan alat yang ada di bengkel. Sering kali aku kelupaan menggunakan masker saat bekerja di bengkel. Padahal saat menghaluskan kayu menggunakan gerinda, banyak serbuk-serbuk kayu beterbangan. Karena kelalaianku tidak menggunakan masker, serbuk bisa masuk mulut atau bahkan terhirup ketika bernapas. Bruder Kirja sering mengingatkanku untuk memakai masker.

Menghaluskan kaki kursi dengan gerinda ternyata tidak mudah untuk pertama kalinya. Kalau tidak mengamplas dengan rata, nanti permukaannya menjadi cekung atau ketinggian permukaannya berbeda. Saat bekerja aku ditemani Petra yang awalnya memulai percakapan dengan menanyakan seputar kehidupan kuliahku ataupun alasanku ingin menjadi romo. Petra membantu memberikan arahan kepadaku sewaktu kesusahan menyamaratakan ketinggian permukaan kursi yang sedang kuhaluskan. Percakapan mengalir sambil aku juga menanyakan soal pengalamannya sebelum bekerja di sini dan ketika dia masih duduk di bangku sekolah. Hari Sabtu aku habiskan dengan menghaluskan kaki kursi-kursi sambil bercerita dengan Petra.

Suatu hari, ketika sedang makan bersama, Bruder Kirja memberitahuku bahwa beliau akan mengajarkanku membuat kursi dan meja. Harapannya, supaya aku dapat memberikannya untuk keluargaku, sebagai hadiah dari beliau. Sungguh aku sangat senang waktu itu, karena akan diberi hadiah kursi, meja, dan yang terpenting lagi, skill membuatnya. Beliau mengajariku dengan penuh perhatian. Karena faktor usia dan kesehatan, Bruder Kirja kadang harus beristirahat. Namun beliau selalu menyempatkan diri mengajariku yang kerap kali membuat kesalahan karena baru pertama kali belajar membuat kursi dan meja. Aku juga dibantu Bruder Jumeno, Mas Eko, Mas Hendro, dan Petra yang juga berpengalaman dan pekerja keras. Dari situ aku belajar banyak hal, seperti menggunakan bor, klem, mesin serut, gergaji, mesin bobok kayu, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, aku memperoleh pelajaran sangat berharga tentang bengkel kayu. Aku melihat langsung bengkel kayu dan las besi bisa menjadi sarana menghidupi banyak orang, mengajarkan keterampilan yang berguna untuk bekerja, dan meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan hidup orang banyak.

Di kesempatan lain, saat proses pengecatan dan clearing meja yang sedang kubuat, aku diajari Petra membuat salib dari balok kayu. Ivan dan Dimus (anggota asrama) juga membantu bekerja di bengkel kayu ketika selesai sekolah atau saat tidak sekolah. Mereka kadang membuat salib atau karya-karya lain dari kayu. Karya-karya yang dihasilkan bengkel kayu dan las besi ini sangat bagus dan memiliki nilai. Aku sampai insecure ketika melihat hasil meja dan kursi yang kubuat, tapi ya gimana lagi toh namanya juga baru pertama kali belajar.

Aku sungguh bersyukur kepada Tuhan telah diberi kesempatan mencecap pengalaman bekerja di bengkel kayu dan las besi ini. Aku bertemu dan berkenalan dengan orang-orang hebat, pekerja keras, dan terampil yang bekerja di sini, seperti Bruder Kirja, Bruder Jum, Mas Eko, Mas Hendro, Petra, dan Todi. Aku berharap semoga bengkel kayu dan las besi ini bisa terus hidup, berkembang, dan merengkuh lebih banyak orang terutama mereka yang lemah, miskin, tersingkir. Dengan demikian, mereka bisa memiliki keterampilan yang berguna bagi hidup mereka dan masyarakat. Sesuai semangat pendiri bengkel, Bruder Kirja, semoga bengkel ini bisa menjadi sarana untuk lebih memanusiakan manusia yang terampil, mandiri, dan siap bekerja.

Ad maiorem Dei gloriam!

Albert Hosea SantosonS.J.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *