Kegiatan volunteer di SPM (Seksi Pengabdian Masyarakat) Realino bagiku adalah sekolah formasi kehidupan. Sebelum aku mengenal kegiatan mengajar anak-anak dampingan di SPM Realino aku selalu berpikir bagaimana caranya memberi waktu, pikiran, tenaga, dan materi untuk orang lain. Dengan berpikir demikian, tanpa sadar ternyata aku “menutup pintu” bagi orang lain untuk memberi inspirasi pada hidupku. Bagai sedang berada dalam ruangan yang pintunya tertutup sehingga tidak ada sirkulasi udara, seringkali aku merasa pengap dan lelah sendiri. Kemudian, ketika aku ikut kegiatan volunteer di SPM Realino pelan-pelan aku “membuka pintu” dan membiarkan angin segar masuk ke dalam ruanganku. Aku merefleksikan bahwa angin segar yang memasuki ruanganku adalah anak-anak yang selama ini aku dampingi selama menjadi sukarelawan di Realino.
Hembusan angin segar datang dari arah Jombor. Sedikit gambaran saja, di sana kami mengajar Bahasa Inggris sederhana bagi anak-anak dampingan. Anak-anaknya sangat bersemangat. Aku masih ingat ketika pertama kali datang ke sana, ada beberapa anak yang menyambut dengan antusias. “Yeay! Kakaknya datang! Mau ngajar Bahasa Inggris, kan Kak?” ucap anak kecil yang kini kukenal bernama Syafa. Aku merasakan semangat yang besar sejak awal kedatanganku. Mereka mudah untuk diajak bermain. Mereka juga mudah untuk dikondisikan saat pembelajaran akan dimulai. Mereka juga antusias ketika ada soal yang sengaja kami siapkan untuk menguji materi pembelajaran yang sudah kami sampaikan. Suatu kali, bahkan ada anak yang meminta lembar soal lagi untuk dikerjakan di rumah.
Yang membuatku lebih terkesan lagi adalah semangat itu tidak hanya besar di awal lalu mengecil kemudian. Tiap kali datang ke sana, semangat itu selalu aku temukan pada diri anak-anak dampingan. Semangat belajar anak-anak dampingan di Jombor konsisten. Pernah terjadi saat hari pendampingan (Kamis) diliburkan karena para volunteers ada agenda lain. Kemudian di hari Kamis selanjutnya mereka bertanya, “Kok kemarin (minggu lalu) gak dateng kenapa, Kak?” Pengalaman lain, pada bulan Desember 2021, ada beberapa anak yang mengungkapkan kesedihannya setelah Pater Pieter Dolle, S.J. mengumumkan bahwa pendampingan harus libur sejenak dan akan bertemu lagi pada akhir bulan Januari 2022. “Yah, kak, kenapa harus libur?” ucapnya.
Jujur saja, konsistensi semangat mereka mengingatkan aku pada masa-masa di mana semangatku berkobar tetapi kobarannya tidak bertahan lama. Aku biasanya menyebut semangat obor blarak. Ketika aku sedang on fire semua pekerjaan atau tugas bisa diselesaikan dengan mudah. Tetapi, ketika sedang padam fire-nya semua pekerjaan atau tugas bisa terbengkalai atau ditunda-tunda terus. Aku merasa kalah dari anak-anak dampinganku yang mempunyai semangat yang konsisten, tidak sangat berkobar tapi kobarannya juga tidak pernah mengecil hingga hampir padam.
Ketika merefleksikan pengalaman melihat konsistensi mereka selama kurang lebih setahun ini, aku bertanya mengapa semangat anak-anak dampingan di Jombor begitu konsisten? Barangkali karena pintu (baca: diri) mereka selalu terbuka pada apa yang sedang mereka hadapi. Bisa saja, sebelum datang ke tempat pendampingan, mereka sedih karena bertengkar dengan temannya. Bisa saja, mereka sedang tidak mood hari itu. Akan tetapi mereka tidak larut pada perasaan-perasaan negatif itu. Mereka terbuka pada apa yang sedang mereka hadapi dan semangat mereka terbangun lagi.
Ketika datang ke tempat pendampingan, mereka semangat karena barangkali materi-materi yang volunteer bawakan itu menarik. Mungkin juga karena mereka bisa bermain. Karena mereka bisa belajar Bahasa Inggris dengan menyenangkan. Karena mereka bisa bertemu dengan teman-teman mereka dan kami para volunteer yang datang. Karena mereka bisa mengerjakan soal. Banyak hal. Aku tidak tahu pasti yang mana penyebabnya karena pasti berbeda dari hari ke hari. Yang aku tahu semangat mereka konsisten karena mereka terbuka pada apa yang sedang mereka hadapi. Mereka tidak larut pada perasaan-perasaan negatif. Barangkali inilah yang dimaksud dalam Kitab Suci dimana dikatakan “jadilah seperti anak kecil.” Terima kasih, angin dari Jombor. Hembusan anginmu membuatku tersadar bahwa terlalu larut dalam kekalutan itu hanya membuat semangat hidup padam. Anginmu mengingatkanku untuk terbuka pada hal-hal yang sedang terjadi, jangan terlalu larut dalam kekalutan, agar mampu menemukan hal-hal yang membuat semangat terus konsisten.
Fr. Alam Panji Utama, Pr – Frater Projo KAS